Baru saja Rahmi bisa berjalan, saya sudah merasakan rasa mual, pusing, dan lemas lagi. Tidak terfikir, bahwa saya hamil kembali untuk anak yang kedua. Hanya agak kesal, mengapa saya menjadi selemah ini, setelah mempunyai anak? Tidak menunggu lama, ketika suami pulang dari bekerja, saya pun menceritakan hal ini. Suami pun menjanjikan untuk membelikan test pack, siapa tahu saja, hamil lagi?
Kakak dan adik bayi Sumber: Pixabay, Pexels.com |
Hadiah yang tak terduga!
Esok harinya, seperti yang dijanjikan, pulang
bekerja, suami membawakan 2 buah test pack.
Mengapa 2? Untuk lebih meyakinkan
lagi, katanya. Maka dengan rasa
penasaran yang membuncah, ketika bangun tidur, saya langsung membawa test pack
ke kamar mandi untuk mengetes air seni di pagi hari sebelum beraktivitas atau
minum, makan apapun. Wow, garis
dua! Bersyukur, sekaligus bingung, saya
dibuatnya. Mengapa tidak? Kondisinya saat itu, spiral masih ada di
rahim saya!
Bukankah salah satu manfaat spiral, untuk
menjarangkan kehamilan? Dan sebenarnya
saya juga belum boleh hamil saat itu, karena sebelumnya operasi caesar,
sebaiknya menunggu 2 tahun terlebih dahulu, baru hamil anak kedua. Bagaimana nasib anak kedua saya, dengan
adanya spiral di rahim saya, apakah tidak membahayakan? Yah, pertanyaan yang berjejal di otak saya,
harus dijawab oleh orang yang ahli di bidangnya, dokter kandungan!
Suami dan saya pun sepakat untuk kontrol ke
dokter kandungan pada sore harinya, sepulang kami bekerja.
Setelah di check, dokter memastikan bahwa saya
memang hamil anak kedua!
“Dok, katanya angka keberhasilan spiral adalah
99%, koq saya bisa hamil”, demikian pertanyaan yang saya ajukan ke dokter.
“Ibu termasuk 1% yang gagal, jadi tetap hamil,
walaupun menggunakan kontrasepsi spiral”, jawab dokter kandungan saya sambil
tersenyum, “Jadi, apakah kehamilannya mau dilanjutkan, atau mau dihentikan?”
tanya beliau kepada kami.
“Dilanjutkan saja, Dok, kalau dihentikan,
nanti Allah tidak mempercayai kami anak lagi,” jawab saya yang di setujui oleh
suami. Hal ini mengingat kejadian yang
pernah dialami oleh kakak ipar saya, menghindari hamil anak kedua, dengan
alasan anak pertama masih kecil. Ternyata ketika sudah ingin memiliki anak lagi
tidak dikabulkan oleh Allah. Hal ini
terjadi, walaupun sudah berusaha semaksimal mungkin ke dokter ahli kandungan
yang terkenal membantu ibu yang sulit punya anak.
“Dok, spiral tidak mengganggu kehamilan ini,
kan?” tanya saya kembali.
“Tidak, kita jaga kandungannya”, sahut dokter
lagi
Kami pun lega, mendengar jawaban dokter
tersebut kembali, mengingat banyaknya rumor yang agak mengkhawatirkan terkait
dengan kehamilan yang masih ada spiral di rahimnya. Fixed,
Rahmi akan punya adik!
Satu pekerjaan rumah (PR) bagi kami,
mempersiapkan secara mental bagi Rahmi akan kehadiran calon adiknya!
Memperkenalkan calon adik kepada Rahmi
Secara perlahan kami pun memperkenalkan calon
adik bayinya kepada Rahmi, entah ia mengerti atau tidak, bahwa ia kelak akan
memiliki seorang adik bayi!
Saya mengenalkan calon adik bayi kepada Rahmi
lewat buku Ayah bunda tentang perkembangan bayi di dalam rahim yang dimiliki
sejak kehamilan pertama. Saya
memperkenalkan calon adiknya secara perlahan-lahan sambil bermain dengannya,
dimulai dengan perkembangan janin dari hari ke hari. Sambil membaca, tentunya saya juga
memperkenalkan Rahmi dengan biologi lewat gambar dan huruf serta angka. Tanpa disadari Rahmi belajar, tanpa ia merasa
belajar, iya, kan?
Rahmi sangat antusias dengan buku tersebut,
dan juga tentunya dengan perkembangan calon adiknya! Rahmi anak yang pintar, ia dapat menyerap
informasi dengan mudah, namun, ia tidak mudah dekat dengan orang lain, kecuali
yang biasa dekat dengannya. Ia sangat
jarang tersenyum kepada orang yang baru dikenal, hanya bisa tersenyum kepada
orang-orang yang biasa disekitarnya.
Mual dan muntah yang berkepanjangan
Pada kehamilan kedua ini ditandai dengan
dirasakannya gerakan bayi lebih awal, yaitu sekitar usia 4 bulan. Sedangkan ‘morning sickness’ 3 bulan pertama
berlanjut pada usia kehamilan 4 sampai dengan 7 bulan. Hal ini karena bayi pada rahim menekan lambung
menurut dokter, sehingga muntah-muntah.
Bayi kedua saya ini relatif lebih panjang dan gerakannya lebih
aktif.
Perbedaan kehamilan pertama dan kedua
Bentuk perut berbeda dengan kehamilan pertama.
Bentuk perut saya pada kehamilan pertama lebih melebar, sedangkan bentuk perut
pada kehamilan kedua lebih membuncit. Apakah hal ini karena kehamilan pertama adalah bayi
perempuan, sedangkan kehamilan anak kedua adalah bayi laki-laki? Wallahu ‘alam.
Kulit saya pada kehamilan pertama sangat
bersih dan halus, sehingga terlihat sangat cantik (kata orang yang melihat,
lho!). Tetapi pada kehamilan kedua,
kulit saya kusam dan agak kasar, juga lebih malas berdandan. Itulah perbedaan kehamilan pertama dan kedua
yang dirasakan.
Yang jelas, baju, popok, celana, serta
perlengkapan bayi lainnya, lebih banyak yang diturunkan dari kakaknya, dari
pada beli sendiri.
Semakin besar kandungan saya, Rahmi semakin
antusias dengan kelahiran adiknya, dia membantu mempersiapkan keperluan
adiknya. Kadang-kadang dielusnya perut
saya, dan mengajak adiknya bicara.
Alhamdulillah Rahmi tidak cemburu dengan adiknya!
Ranjang bayi yang dulu digunakan Rahmi,
kembali dipersiapkan untuk adiknya.
Perut saya yang makin membesar, makin membuat lelah, juga bersyukur.
Menderita Typhus
Kondisi pekerjaan yang cukup berat, ditambah
dengan tidak adanya asisten rumah tangga sejak usia kehamilan 7 bulan, serta
harus mengasuh anak berusia 1 tahun. Hal
ini membuat asupan gizi ke tubuh saya tidak sebaik ketika hamil Rahmi. Pada akhirnya saya menderita Typhus, yang
mengakibatkan harus dirawat dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Namun, dokter saya tidak berani memberikan
obat berdosis tinggi, karena saya sedang hamil dan obat-obatan tersebut bisa
membahayakan kehamilan!
Minum air rumput fatimah
Pada saat usia kandungan menjelang 9 bulan, saya
disarankan seorang tetangga untuk meminum air rumput Fatimah, yang akhirnya
membuat saya merasa mulas karena kontraksi.
Segera suami mengantarkan ke rumah sakit.
Ketika memeriksa kandungan ke dokter kandungan,
maka dokter yang sudah berusia setengah baya, tetapi tetap gagah itu menegur
saya,”Ibu…Ibu tahu? Apabila sebelumnya melakukan operasi caesar, akan sangat
membahayakan rahim Ibu, jika minum air rumput Fatimah?”
Lanjut dokter,”Karena kita tidak tahu dosis
dari air rumput Fatimah tersebut! Dan
bisa mengakibatkan rahim Ibu robek!
Ibarat balon gas yang sudah diplester, kemudian ditiup, tentu balonnya
akan meledak, bukan?”
“Wow, robek?” hiiii seram sekali
membayangkannya, berarti, kan, bisa membahayakan jiwa saya sendiri, bukan? Alhamdulillah yaa Allah, saya masih
dilindungi! Yap, saya berjanji, tidak
akan sembarangan minum apapun, apalagi yang bisa membahayakan jiwa sendiri!
Lahirnya bayi kedua!
Akhirnya pada pertengahan Agustus 2001,
lahirlah seorang bayi laki-laki ganteng dan memiliki gambar cambang di kedua
sisinya! Wow, laki-laki sekali! Rahmi
datang ke rumah sakit bersama ayahnya, sambil menatap tidak mengerti, mengapa
Bundanya dirawat di rumah sakit? Ia
hanya duduk di tempat tidur. Mungkin ia
ingin melihat adik laki-lakinya, Aulia.
Semoga Aulia, sang bayi hadiah tak terduga, menjadi anak yang sholeh dan menjadi anak yang dibanggakan
keluarga, bangsa, dan negara! Aamiin Yaa Rab…
#Blogjadibuku
#Day9
Saya juga anak pertama cewe dan anak kedua boy, bund. Bayangan saya kok Serem juga yaa hamil dengan iud di dalamnya. Tapi ternyata it's okee
ReplyDelete