Kehamilan Anak ke-3, Membagi Waktu Buat Kakak-Kakaknya, dan Peran Bunda Sebagai Sekolah Pertama Anak



Pada saat hamil anak ke-3, maka saya juga harus memperhatikan ke-2 kakaknya juga dengan baik agar mereka tidak merasa tersisihkan dengan kehadiran calon adik.  Untuk itu, seperti pada kehamilan anak ke-2, saya juga mengenalkan ke-2 kakaknya, Rahmi dan Aulia, kepada calon adiknya yang masih di dalam kandungan.  Kadangkala saya mengajak mereka bicara kepada calon adiknya, mereka sangat gembira dan antusias.  Terlebih Aulia yang lebih ekspresif dari pada Rahmi.
Kakak-kakak yang harus beradaptasi dengan adiknya
Sumber: Bictoria Borodinova, pexels.com


Aktivitas bersama Bunda, Kakak, dan calon adik

Rahmi dan Aulia selalu antusias melakukan kegiatan bersama dalam menyambut kehadiran calon adiknya.  Seperti pada saat kehamilan Aulia, saat ini saya juga mengenalkan calon adik kepada Rahmi dan Aulia lewat membaca majalah-majalah Ayah Bunda yang saya miliki.  Untuk mengetahui perkembangan janin di dalam perut, maka saya bersama mereka membahas tentang perkembangan bayi di dalam kandungan dari bulan ke bulan.  Mereka sangat ingin tahu dengan gambar-gambar tentang perkembangan bayi dari bulan ke bulan.
Tak jarang mereka bertanya tentang informasi dari majalah tersebut, Rahmi dan Aulia juga sering meminta dibacakan teks yang ada di majalah tersebut.  Banyak hal yang mereka tanyakan terkait dengan bayi dan perkembangannya di dalam kandungan. 
Beberapa pertanyaan yang biasa mereka ajukan, seperti pertanyaan Aulia,”Bun, sekarang (bentuk) adik seperti apa di perut Bunda?” 
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka saya pun akan memperlihatkan gambar janin dalam kandungan pada bulan yang ditanyakan oleh Aulia, misalkan gambar posisi bayi pada bulan ke-3.
Ada pula komentar Rahmi pada saat kandungan saya telah berusia 8 bulan,”O, sekarang adik sudah besar ya, dan kepalanya ada di bawah, kakinya diatas”, sambil melihat gambar bayi di dalam rahim pada usia 8 bulan pada majalah Ayah Bunda yang kami bahas.  Mereka anak yang cerdas, bukan? Saya sungguh bangga melihat kecerdasan dan ketanggapan mereka.
Kadangkala Rahmi dan Aulia membantu mempersiapkan barang-barang untuk keperluan adik mereka.  Namun, seperti biasanya kanak-kanak, mereka tidak lama membantu, bahkan kadang-kadang malah jadi berantakan, he he he.  Tidak apa-apa, mereka melakukan kegiatan, kan, sebatas kemampuan mereka?
Suatu waktu, kami akan membahas foto-foto Rahmi dan Aulia ketika bayi, sehingga mereka bisa membayangkan rupa adik mereka.  Rahmi dan Aulia juga tidak sabar terhadap kelahiran adik bayi mereka, setiap waktu mereka bertanya,”Bun, kapan adik lahir?”
Saya akan menjawab dan menjelaskan dengan melihat majalah Ayah Bunda yang biasa menjadi pegangan kami,”Nah, kita ada disini (gambar posisi bayi dalam kandungan 8 bulan), berarti bulan depan adik in sya Allah lahir”.
Dan ke-2 bocah yang lucu itupun meloncat-loncat kegirangan dengan mata berbinar-binar,”Asyik punya adik!! Asyik punya adik!”
Saya hanya bisa menatap mereka sambil tersenyum-senyum sendiri!  Calon adik sudah diterima oleh kakak-kakaknya, Alhamdulillah
Sama seperti pada kehamilan-kehamilan sebelumnya, pada usia kehamilan ke-8 bulan, saya dan suami (eh, lebih banyak suami, deh!) telah mempersiapkan barang untuk keperluan melahirkan. Barang-barang tersebut berupa barang keperluan saya dan bayi yang diletakkan dalam sebuah  tas yang cukup besar, siap sedia jika tiba-tiba akan dibawa ke rumah sakit.  Biasanya, kan, waktu melahirkan tidak dapat diperkirakan sebelumnya? 

Aulia yang selalu ingin tahu dan kreatif


Anak dengan hobi memotretnya
Sumber: Victoria Borodinova, pexels.com

Aulia selalu memiliki rasa ingin tahu yang besar, ia suka sekali memotret suatu obyek atau kejadian di sekitarnya, tak peduli hasil foto bagus atau tidak, tak apa-apalah yang penting ia melatih fokusnya!  Hal ini dapat dilihat dari apa yang dilakukannya terhadap sepeda roda tiga berwarna pink miliknya, yang sebelumnya merupakan milik Rahmi. 
Biasanya anak-anak suka mengendarai sepeda roda tiga miliknya, bukan?  Berbeda dengan anak-anak lainnya, Aulia lebih senang membuat posisi sepedanya terbalik, sehingga roda-rodanya berada diatas!  Kemudian, apa yang dilakukan terhadap sepedanya tersebut?  Wow, ia memutar roda-roda pada sepedanya dari perlahan-lahan sampai dengan tempo cepat!  Setelah itu, ia amati gerakan roda-roda sepeda tersebut, ia juga mengamati gerakan rantai yang dimiliki oleh sepeda!
Kemudian ia memegang roda dan rantai sepeda dan mengendalikan gerakan berputarnya, yang berakhir dengan lepasnya rantai sepeda!  Kalau sudah lepas rantai sepedanya, maka ia akan minta om (kakak ayah) untuk memasang kembali rantai sepedanya!  Hal ini pun terjadi berulangkali!  Dengan demikian, ia telah menerapkan pelajaran Fisika tentang gerak dan putaran lewat cara mengamati!  Hal yang cerdas yang dilakukan anak seusianya, bukan?
Pada suatu hari kami sekeluarga rekreasi bersama keluarga teman-teman kantor ayahnya, pada saat itu saya belum hamil anak ketiga.  Ketika menunggu bus yang akan kami tumpangi, Aulia jongkok dan mengamati sesuatu.  Pada awalnya, saya dan ayahnya tidak menyadari apa yang Aulia lakukan.  Tidak ingin mengganggu aktivitas yang dilakukan, saya ikut berjongkok di samping Aulia, sambil mengikuti arah pandangannya.  Ternyata ia mengamati benda-benda yang berada di bawah dan melekat pada bus pariwisata yang berukuran besar itu!
Setelah berjongkok disampingnya, saya bertanya ke Aulia,”Kakak, sedang memperhatikan apa?”
“Kakak sedang memperhatikan bus”, jawab Aulia.
“Kakak senang bus?” tanya saya kembali.
“Iya, Kakak ingin punya pabrik bus,” jawab Aulia kembali sambil memandang bagian bawah bus yang ada di hadapannya.
“Lho, bukannya Kakak mau punya peternakan sapi (Aulia juga pernah bilang ingin punya peternakan sapi)?” tanya saya lagi sambil menahan senyum.
“Iya, Kakak mau punya pabrik bus, juga peternakan sapi!” jawab Aulia dengan antusias, sambil matanya tak lepas dari bus.
Saya dan suami hanya bisa senyum-senyum saja mendengar jawaban Aulia tersebut, Aamiin, semoga terlaksana cita-citamu, Nak!
Satu lagi keinginan Aulia adalah menjadi TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat)!  Agar bisa menjaga negara Republik Indonesia, menurut Aulia.  Duh, Nak, cita-citamu mulia sekali!  Aamiin Yaa Rab, semoga terlaksana ya Allah!

Berbagi waktu dengan Rahmi dan Aulia

Berbeda dengan Rahmi yang tenang dan cenderung diam jika sedang beraktivitas, Aulia lebih senang berlari dan berloncat-loncatan, memanjat, serta cenderung jahil kepada Rahmi.  Tak jarang, saya harus mendengarkan teriakan dan tangisan, ketika mereka memperebutkan mainan, karena kejahilan Aulia!  Saya pun harus memahami karakter masing-masing anak dengan baik, agar dapat melakukan pendekatan yang baik kepada mereka.

Perbedaan antara ‘nakal’ dan ‘kreatif’

Kalau tidak berhati-hati, Aulia akan mendapatkan label ‘nakal’ dari lingkungannya, bahkan dari saya sendiri!  Aulia adalah anak yang kreatif, mudah bosan dengan apa yang sedang dipegangnya, lebih suka beraktivitas lari, loncat, atau pun memanjat.  Karena Aulia merupakan tipe kinestetis, lebih menyukai aktvitas dengan bergerak!  Tubuhnya pun kurus, karena energi dari asupan makanannya telah habis digunakan untuk beraktivitas.  Tidak apa-apa, yang penting sehat ya, Nak!
Sifat Aulia ini mengingatkan saya pada sifat adik saya yang kedua, ia cerdas, energik, tidak pernah kehabisan akal untuk semua hal yang dia lakukan, namun, ia juga jahil terhadap saudara-saudaranya.  Oleh sebab itu, hampir setiap orang dewasa di lingkungan kami melabelinya sebagai ‘anak nakal’, ‘anak yang kurang ajar’, karena ia berani mengungkapkan pendapatnya dihadapan orang dewasa!  Hal ini menjadi dendam untuknya sampai dewasa, kasihan, kan, ‘label’ itu yang merusak pribadinya!
Memang terdapat perbedaan tipis antara ‘anak nakal’ dan ‘anak kreatif penuh inisiatif’, tergantung dari sudut mana kita memandangnya. 
Seorang anak bisa menjadi ‘anak nakal’ atau ‘anak pengganggu’, ketika kita orang dewasa tidak mau memenuhi keingintahuannya tentang sesuatu hal.  Seperti ketika seorang anak bertanya,”Bun, kenapa burung bisa terbang?”. 
Namun, pada saat itu sang bunda sedang sibuk dan tidak menjawab pertanyaan  sang anak segera atau malas memikirkan jawaban yang paling bijak untuk pertanyaan itu.  Maka mungkin bukan jawaban yang diterima anak, tetapi omelan dari sang bunda yang akan diterimanya,”Ah, kamu mengganggu Bunda saja!  Bunda lagi sibuk!”
Percayalah, anak tidak akan pernah bertanya lagi!  Namun, ia akan mencari jawaban dari orang lain atau sumber lain yang mungkin akan memberikan jawaban yang tidak tepat atau bahkan menyesatkan anak!
Orang tua yang bijak akan segera memberikan jawaban, atau setidaknya mencari informasi terlebih dahulu tentang jawaban pertanyaan anak.  Misalkan, sang bunda akan menjawab,”O burung bisa terbang, karena dikaruniai atau diberikan oleh Allah SWT sayap yang bisa membawanya terbang kemanapun, Nak”.
Anak akan senang, karena pertanyaan yang berputar di kepalanya, dijawab dengan baik oleh bundanya,”O, begitu Bunda, aku mengerti”. 
Atau ia akan melanjutkan perkataannya dengan,”Ah, aku ingin punya sayap agar bisa terbang seperti burung, Bun!”
Nah, untuk hal ini kita sebagai orang tua harus hati-hati menanggapinya, karena banyak kasus anak celaka karena menganggap dia bisa terbang dan loncat dari tempat yang tinggi!
Kita dapat menjawabnya dengan,”Manusia tidak dapat terbang seperti burung, Nak, tetapi bisa terbang dengan menggunakan pesawat paralayang atau pesawat terbang yang dibuat khusus untuk itu”, sambil memberikan gambar pesawat paralayang atau pesawat terbang yang dimaksud.
Dengan jawaban sederhana dan dapat dimengerti anak, kita, orang tua dapat mencegah anak-anak melakukan hal-hal yang membahayakannya.  Hal ini malah akan menuntunnya banyak membaca atau mencari informasi lebih lanjut lagi yang akan mengeksplor kemampuan berfikirnya lebih dalam lagi.
Dengan begitu anak hanya mencari informasi kepada orang tuanya.  Orang tua pun dapat mengontrol, hanya informasi yang tepat diterima oleh anak.  Oleh sebab itu, saya sebagai orang tua suka membaca dan menambah pengetahuan kembali, karena bunda adalah sekolah pertama bagi anak!





No comments:

Post a Comment