Pertama kali Bersekolah, Saatnya Bersosialisasi!



Waktu berlalu, anak-anak pun kian bertumbuh.  Genaplah Rahmi berusia 3 tahun, belajar di rumah, sepertinya sudah cukup memadai pada usianya.  Kami, saya dan suami, fikir sudah saatnya Rahmi mulai bersosialisasi.  Bukan target menjadi anak terpintar yang kami cari, tetapi mengingat Rahmi sangat pemalu dan agak sulit dalam bersosialisasi dengan orang baru.  Maka, kami pun memasukkannya ke sebuah TamanPendidikan Al Qur’an (TPA) Al Furqan dekat rumah.

Belajar menari mengembangkan potensi diri
Sumber: Zun zun, Pexels.com

Saatnya bersekolah di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA)

Kami ingin Rahmi dapat mengenal dan bergaul dengan teman-teman sebayanya.  Bagi kami, bersosialisasi merupakan hal yang penting bagi anak-anak seusia Rahmi, sehingga pada saat mengikuti pendidikan selanjutnya, ia tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.  Di TPA ia juga mempelajari tentang karakter cinta Tuhan, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta kerjasama.

Hari pertama di TPA bersama Aulia

Di hari pertamanya bersekolah di TPA Al Furqan, Rahmi bersemangat pergi bersekolah.  Saya mengantarnya ke sekolah sambil menggendong adiknya, Aulia yang baru berusia 2 tahun.  Rahmi semangat ke sekolah, karena diantar oleh bunda dan Aulia.  Sedangkan Aulia semangat mengantar ke sekolah, karena bisa bermain di TPA kakaknya!
Saya tidak merasakan kesulitan pada hari pertama sekolahnya Rahmi, karena anak-anak sudah dibiasakan bangun pagi sejak bayi, setelah kami, orangtuanya mandi dan shalat Subuh.  Hal ini berdasarkan pengalaman saya, ketika kecil dan tidak ingin hal itu terjadi.  Pada saat itu saya melihat adik sepupu yang terbiasa bangun siang, membuat ibunya repot membangunkan. Ia terus menerus menangis, walaupun telah mengenakan seragam sekolah, karena kesal dibangunkan pada pagi hari!  Ketika melihat hal itu, saya berjanji dalam hati, hal itu tidak terjadi pada keluarga saya kelak!
Terbiasa bangun pagi dan shalat Subuh setelahnya, membuat anak-anak tidak kaget ketika harus bepergian pada pagi hari, bahkan ketika harus bersekolah!  Baik Rahmi maupun Aulia sangat bersemangat bangun di pagi hari, walaupun berbeda tujuan, he he he.  Rahmi anak yang mandiri, setelah mandi, shalat Subuh, ia pun saya bantu mengenakkan baju untuk sekolah. 
Sementara saya memandikan dan mempersiapkan Aulia, Rahmi akan menyantap sarapan pagi dan menyuap makanannya sendiri, berupa nasi, lauk, dan sayur, tanpa banyak cakap.  Dan hebatnya, ia menghabiskan makanannya sendiri tanpa diawasi!  Hebat untuk anak usia 3 tahun
Setelah Aulia rapi, saya membantu Rahmi menyiapkan bekal makanannya, berupa roti atau pun snack, berikut air minum di botol yang ia bawa ke TPA.  Rahmi sangat ceria berangkat bersama adiknya!
Sesampai di sekolah, Rahmi kembali pada kebiasaannya, wajahnya tanpa ekspresi, dia hanya memperhatikan teman-temannya bermain dan berlari-larian di TPA.  Rahmi lebih suka duduk dekat guru/ustazahnya.  Ketika belajar mengaji, dia lebih memilih menunggu giliran, sambil duduk dekat ustazahnya, sementara teman-temannya yang lain sibuk mengobrol atau pun berlari-larian.  Namun, begitu dia mengaji dengan lancer, Alhamdulillah…
Pada saat istirahat, Rahmi akan duduk dengan tenang di bangkunya, dan menghabiskan bekal makanan yang dibawa.  Hmm… jadi ingat ketika saya sekolah di Taman Kanak-Kanak, sementara teman-teman yang lain sibuk bermain dan berlari-larian, saya akan sibuk sendiri dengan mainan atau kegiatan yang dipilih.  Jadi, tak heran dengan sikap Rahmi yang seperti itu, saya pun dulu bersikap seperti itu, tidak suka aktivitas berlari-larian, lebih suka beraktivitas sendiri, seperti bermain boneka, main ulek-ulekan sendiri.
Walau bagaimanapun kami orang tuanya tetap berusaha melibatkan teman Rahmi, dengan menanyakan teman-teman di kelasnya, walaupun tidak mendapatkan respon yang cukup.  Rahmi suka bernyanyi, mewarnai, belajar menulis, maupun berhitung.  Saya kerap mengajarkan Rahmi dan Aulia dengan berbagai lagu anak-anak yang layak bagi usianya, selain mengenalkan lagu Bahasa Indonesia, juga mengenalkan lagu Bahasa Inggris.  Mereka pun ikut bernyanyi dengan antusias dan ceria sambil bergaya masing-masing!
Aulia kerapkali mengganggu Rahmi yang asyik dengan buku dan crayonnya, untuk itu saya membelikannya pula buku mewarnai dengan gambar yang sesuai untuk anak laki-laki.  Tetapi, berbeda dengan Rahmi yang dapat lebih lama bertahan dengan pekerjaan yang dilakukan, Aulia lebih senang berlari-larian, kemudian menjatuhkan barang-barang yang ada di sekitarnya.  Hal ini membuat rumah seringkali berantakan.  O, iya, sejak Aulia berusia 3 bulan kami tinggal di rumah mami saya, karena mami selalu khawatir dengan anak-anak, ketika saya dan suami bekerja.
Mami (ibu saya) yang hanya memiliki 4 anak perempuan, agak kaget ketika menjaga Aulia. 
Menurut beliau,”O, begini ya kalau punya anak laki-laki (rumah jadi berantakan)!” Hal ini dikatakan, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, karena hampir setiap barang dijatuhkan dan disebar oleh Aulia!  Sabar ya Mami!  Mainan mobil-mobilan, truk dan tanknya di susun dari satu sisi rumah menyeberang ke sisi rumah lainnya. Berantakan, bukan?

Selalu menyantap makanan sampai habis, tidak bersisa

Ketika saya dan suami bekerja, maka Rahmi diantar oleh neneknya atau tantenya ke sekolah.  Karena Rahmi selalu menyantap makanan bekalnya dengan tertib, maka salah satu ibu yang mengantar puteranya ke TPA tersebut menyatakan kekagumannya.
“Wah, Rahmi pintar ya, selalu menghabiskan bekalnya sampai habis, tidak sambil berlari-lari!” ujarnya.
“Alhamdulillah”, jawab saya, ketika mengantarkan Rahmi ke TPA.
Bukan hanya menghabiskan roti atau snack, Rahmi pun mampu menghabiskan nasi rames pakai rendang yang terkenal pedas, dengan menyuap sendiri pada usia 3 tahun, lho!  Nasi dan lauk pauk yang dimakan, tidak berantakan pula!  Hal ini terjadi, ketika saya mengajak Rahmi ikut bekerja di hari Minggu, ketika itu saya bertugas mengawasi kelas para karyawan Bank Negara Indonesia (BNI) yang sedang kuliah.
Ketika Rahmi sedang menyuap nasi rames pakai rendang, seorang mahasiswi mendekati dan memperhatikan cara menyuap makanannya yang lucu, dan tidak berantakan.  Iya, Rahmi menyuap makanan dengan tangannya sendiri!  Ketika mahasiswi tersebut mendekatinya, ia pun dengan ‘cuek’ melanjutkan aktivitas makannya sampai selesai!  Mahasiswi tersebut geleng-geleng kepala menyaksikan hal tersebut, sambil menahan senyumnya.
Namun, begitu Rahmi tetap sulit diajak berkomunikasi oleh orang baru.  Suatu kali teman kerja saya berusaha mengajak mengobrol Rahmi, setelah sekitar 2,5 jam, barulah ia menanggapi obrolan teman saya tersebut!  Itupun dengan bantuan saya, agar Rahmi menanggapi godaan dan obrolannya!  Wow, banget, bukan?
Namun, begitu, Rahmi tetap senang dan bersemangat diajak ke kantor saya, kalau sedang memungkinkan, lho!  Sambil menunggu saya bekerja, ia akan mewarnai, memnjam komputer (kalau sedang tidak digunakan), atau pun sekedar mendengarkan musik.  Mungkin baginya, ikut bunda ke kantor, merupakan salah satu jenis rekreasi, he he he. 
Setelah dari kantor, saya akan membelikannya kue kesukaannya yang akan dimakan di perjalanan pulang nanti.  Atau juga saya akan membekalinya dengan kue maupun snack kesukaannya yang akan dimakan selama perjalanan pergi dan pulang kantor, serta selama menanti saya bekerja.
Bukan saya saja yang suka mengajak Rahmi, jika bekerja di waktu luang.  Neneknya, mami saya, juga senang mengajak Rahmi jika pergi ke rumah temannya untuk arisan.  Rahmi pun selalu senang ikut berpergian, walaupun tidak banyak bicara.  Sekali-kali akan keluar untaian kalimat, cerita tentang pengalamannya bepergian kepada ayahnya.  Ya, Rahmi suka menceritakan pengalamannya kepada ayahnya.  Ayahnya adalah sosok terganteng, sosok hero di dalam hidupnya, tempat bercerita baginya!




No comments:

Post a Comment